Bulan, bola berbatu lain yang besarnya sekitar
seperempat bumi, mendampingi bumi dalam perjalanan menembus angkasa. Bulan
adalah tempat gersang dan mati. Sangat sedikit peristiwa yang berlangsung di
bulan selama tiga miliar tahun terakhir.
Bulan tidak
memiliki sumber cahaya sendiri. Ia tampak benderang karena permukaannya
memantulkan cahaya matahari. Separuh permukaan bulan selalu diterpa cahaya
matahari dan separuh lainnya selalu dalam keadaan gelap. Karena bulan terus
beredar mengelilingi bumi, kita melihat perubahan area wajah bulan yang terkena
sinar. Dengan demikian bulan tampak terus berubah bentuk, yang disebut
peralihan fase bulan. Satu daur fase bulan memakan waktu 29,5 hari. Peralihan
fase berawal dari bulan baru, ketika wajah bulan seluruhnya tampak gelap,
hingga fase bulan purnama, ketika wajahnya tersinari penuh. Fase terus bergeser
hingga bulan baru, yang kembali mengawali daur.
Kita dapat
melihat sebagian wajah bulan dengan mata telanjang. Bidang permukaan yang
tampak benderang adalah daratan tua yang berelevasi lebih tinggi. Sedang bidang
permukaan yang tampak kelam adalah adalah daratan muda yang berelevasi rendah
dan relative rata. Teropong binokuler atau teleskop akan mengungkap pemandangan
seluruh permukaan bulan, yang sesungguhnya ditutupi kawah-kawah bekas benturan
dengan bebatuan dari antariksa sekitar tiga hingga empat miliar tahun silam.
Selama miliaran tahun berikutnya, lava menyisip lewat rekahan kerak bulan dan
menggenangi kawah-kawah terluas, membentuk maria
(bentuk tunggal: mare, Latin; artinya
laut). Dengan mata telanjang kawah-kawah maria
tampak sebagai kawasan gelap di permukaan bulan. Para ahli astronomi purba
menyebut kawasan gelap tersebut ‘lautan’ karena mereka menyangkanya demikian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar